Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Dan Aksi Nyata Misiologi Yang Membebaskan Dalam Perspektif Kristen

Bicara tentang misologi sepertinya hanya terdapat pada lingkup kepercayaan Kristen. Hal itu dapat kita buktikan dari ringkasan AI, yang mengatakan bahwa misiologi adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang misi dan aktivitas evangelisasi Kristen ke berbagai lapisan masyarakat tanpa memebadakan tempat maupun budaya.

Dalam hal ini karena dibarengi dengan kata membebaskan sebagaimana tertera dalam judul, berarti fokus utama misiologi tersebut adalah pendekatan interdisipliner. Dari apa?. Yakni dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang masih tertolak belakang dengan Alkitab.

Perlu kami disclaimer sebelumnya bahwa masyarakat yang dimaksud disini bukan hanya mereka yang belum menjadi Kristen. Tetapi termasuk orang-orang Kristen yang masih melakukan praktik kehidupan lama sebelum ia menerima Injil.

  • Misiologi bukan agenda Gereja tetapi Allah

Seperti ditekankan dalam presentasi Dr. Nainggolan pada saat GKPS Marguru, “bukan gereja yang memiliki misi, melainkan misi Allah-lah yang melahirkan gereja”. Akan mengubah seluruh paradigma bahwa misi bukanlah tugas ekstra, melainkan tugas utama sebuah gereja. Hal ini sejalan dengan Firman Tuhan yang tertulis dalam Injil Yohanes 20:21 menyatakan: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” 

Dari pernyataan tersebut dapat kita simpulkan pula ahwa gereja tidak dipanggil untuk mempromosikan diri. Diri disini berarti sumber daya, program, ketetapan maupun ajaran-ajaran. Tetapi untuk mencerminkan dan mewujud-nyatakan kasih Allah ke dalam dunia yang haus harapan. Haus harapan dimaksud disini berarti terhadap orang-orang yang belum menerima khabar keselamatan dari Yesus Kristus.

  • Misiologi bukan sekadar menambah anggota jemaat

Merujuk pada dokumen Together Towards Life, kita di ingatkan bahwa Roh Kudus menghendaki hidup yang berkelimpahan, bukan sekadar selamat. Jadi boleh kita ambil satu kesimpulan pula bahwa misi sejati adalah berjuang demi keutuhan hidup, menghormati martabat manusia, menjaga ciptaan, dan mengubah struktur ketidakadilan dari yang bersifat teori/wacana menjadi realita. 

Kaitannya dengan penambahan anggota jemaat dalam gereja. Injil Yohanes 10:10b mengatakan: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Maka tugas orang Kristen bukan mengejar statistik pelayanan dan jumlah anggota, melainkan menghidupkan dunia dengan darah Kristus yang mengalir dalam denyut kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan cara memberi teladan yang baik kepada jemaat maupun kepada orang-orang sekitar.

  • Misiologi peka terhadap perkembangan zaman dan setia kepada Injil

Realita yang sering kita temui gereja bisa menjadi tidak setia kepada Injil, karena lebih sibuk mempertahankan tradisi ketimbang mengadakan perubahan sosial. Sisi lain kita menyaksikan sendiri perubahan dunia sangat cepat. Antara lain dalam hal pluralisme agama, dominasi digital dalam setiap aspek kehidupan, hingga pergeseran nilai-nilai tradisi pada masyarakat. 

Atas hal-hal tersebut siapakah yang perlu mengambil sikap?. Apakah hanya pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan?. Tentu tidak. Gereja dipanggil untuk hadir pada setiap perkembangan zaman, maupun pada setiap perubahan perilaku masyarakat akibat dari kemajuan teknologi.

Panggilan gereja berdasarkan Firman berarti harus berani merangkul dunia dan membawa mereka kembali pada jalan yang benar. Jadi, menjadi gereja bukan berarti menolak perubahan, melainkan membaca zaman dengan mata Kristus dan mengasihi dunia dengan hati yang berasal dari Allah. Sebab Injil selalu relevan sepanjang zaman. Akan tetapi kitalah yang sering lambat mengambil tindakan.

  • Misiologi menyembuhkan luka kaum tertinggal

Berbicara tentang kemiskinan tidak cukup dari mimbar. Pula tidak cukup menyatakan simpati dihadapan umum. Akan tetapi misi yang sejati adalah memanggil kita untuk berdiri di tengah-tengah kaum miskin, dan menjadi bagian dari penderitaan mereka. Dengan demikian luka batin dan jasmani yang mereka alami dapat terobati dengan sebuah aksi nyata.  

Melalui kelahiran Yesus Kristus di palungan saat itu adalah sebagai bukti sekaligus ajakan bahwa gereja tidak boleh pasif terhadap orang-orang lemah.  Hal itu juga ditegaskan dalam surat Paulus yang tertulis dalam 2 Korintus 8:9: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” Di titik inilah, misi bertumbuh menjadi saksi yang hidup, bukan slogan kosong.

Hemat kami justru tugas inilah yang prioritas dari segala jenis misi gereja. Yaitu mengedepankan kepentingan orang-orang yang berkekurangan dibanding orang-orang yang berkecukupan. Sehingga mereka tidak semakin tersisih dari apa yang seharusnya mereka peroleh, yaitu kasih Yesus Kristus.

  • Misiologi bergerak dinamis bukan statis

Metode lama misiologi mungkin hanya mengajarkan agar kita datang ke gereja. Tetapi dunia baru saat ini Roh Allah menggerakkan kita untuk pergi ke dunia. Kedua yang mana?. Tentu dunia dimana kita melakukan aktivitas dan interaksi dengan sesama, maupun dengan ciptaan lain. Yakni dunia jasmani dan dunia maya.

Gereja yang membebaskan adalah gereja yang meninggalkan kenyamanan-nya, menginjakkan kaki untuk menjangkau dan memberi pertolongan pada orang-orang yang belum mengenal Allah. Dengan kata lain jangan biarkan Injil dikurung di balik tembok gereja, melainkan untuk dihidupi di pasar, di kampus, di media sosial, di rumah-rumah sederhana. 

Seperti Yesus yang berkeliling dari Yerusalem, Yudea bahkan hingga ke Samaria, dan selutuh ujung bumi. Maka gereja pun dipanggil untuk bergerak, menjangkau, dan menjadi jawaban di tengah kerinduan dunia akan keadilan dan damai sejahtera. 

  • Misiologi sifatnya menjembatani bukan membentengi

Sadar atau tidak sejak Covid-19 teknologi digital mulai eksis dalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat. Sejalan dengan itu pula secara tidak langsung membawa perubahan yang signifikan bagi gereja untuk menjalankan misi. Bagaimana tidak?, sebab harus melakukan penyesuaian lebih dulu terhadap sistem tata kelola dan ajaran agar tidak bertentangan dengan Alkitab, pun relevan diterapkan ditengah-tengah masyarakat global.

Misiologi digital menyadarkan kita bahwa gereja bukan sekedar gedung, melainkan komunitas yang hidup. Dunia digital pun bukan musuh gereja tetapi ladang misi baru yang luas. oleh sebab itu gereja mau tidak mau harus menyusun misi yang menjembatani antara fenomena hidup dalam digital dengan praktik kehidupan lama dalam dunia jasmani.

Seperti tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul 2. Roh Kudus menjungkir-balikkan batasan bahasa dan budaya. Demikian pula saat ini Roh memanggil kita untuk menjangkau dunia maya dengan kasih yang nyata. Misi digital adalah inkarnasi baru ke hadirat Allah di ruang-ruang digital dengan cara yang berbeda dengan dunia fisik.

  • Misiologi memanggil dan mengutus semua 

Sama halnya dengan apa dilakukan Yesus kepada 12 (dua belas) Rasul saat itu, Ia juga mengutus “Rasul lapis kedua” yaitu 70 (tujuh puluh) orang murid. Saat ini pun gereja dipanggil agar tidak memonopoli pelayanan hanya dalam tangan elit-elit rohani. Misalnya pendeta, penatua, diaken dan lain sebagainya. Melainkan seluruh umat Kristen.

Misiologi adalah milik seluruh umat Allah. Surat Paulus dalam kitab 1 Petrus 2:9 menyuarakan dengan jelas: “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.” Berarti semua orang percaya dipanggil untuk bersaksi, melayani, bermisi. Jadi, tidak ada lagi jarak antara pendeta dan jemaat, karena semua sama-sama diutus ke dunia. Ini adalah revolusi spiritual yang membebaskan, menyembuhkan, dan memperbaharui wajah gereja untuk menjadi saksi sejati dalam dunia yang retak.

Mengutip pendapat Vikat Pdt. Andri Vincent Sinaga dari GKPS Riah Madear, Sumatera utara. “Misiologi yang Membebaskan” membuka cakrawala saya bahwa misi bukan sekadar tugas, melainkan identitas. Bahwa gereja bukan benteng, melainkan gerakan kasih.

Bahwa kita dipanggil bukan untuk bertahan, melainkan berjalan bersama Roh Kudus menuju dunia yang rindu untuk dibebaskan.

Misi adalah hidup. Misi adalah kasih. Misi kasih adalah perayaan Allah yang tidak pernah berhenti mencari, mengangkat, dan memulihkan dunia-Nya. Dan kita, tanpa pengecualian, adalah bagian dari misi agung itu. Soli Deo Gloria!


Posting Komentar untuk "Pengertian Dan Aksi Nyata Misiologi Yang Membebaskan Dalam Perspektif Kristen"