Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Membangun Kerohanian Jemaat Kristen Agar Dewasa Dan Berbuah [Part 1 of 2]

Sebab masing-masing gereja memiliki visi dan misi yang berbeda, maka barometer untuk mengetahui sejauh mana gambaran kerohanian gereja tersebut adalah berdasarkan “goal” (sasaran) yang akan dicapai dalam waktu jangka pendek, maupun jangka panjang. Dengan kata lain bila gereja tidak punya visi dan misi yang jelas, berarti perkembangan kerohanian jemaatnya pun pasti tidak terarah dengan jelas.

Sejalan dengan itu pula, karena visi dan misi gereja berbeda maka gambaran kerohanian jemaat Kristen pun tidak bisa disamakan antara gereja yang satu dengan yang lain. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan denomisasi pasti ditemukan hasil yang berbeda. Mengingat dogma yang diterima jemaat berbeda satu sama lain.

Prinsip dasar membangun kerohanian jemaat

Salah satu ciri khas jemaat yang belum mengalami pertumbuhan adalah ngomel. Artinya terdapat tindakan mengeluh, menggerutu bahkan bicara dengan diri sendiri atau dengan orang lain dengan nada marah dan kecewa yang disebabkan oleh ketidak-sesuaian antara program, pengajaran dan perilaku jemaat atau hamba Tuhan yang dinilai dari perspektif diri sendiri. Akibatnya jemaat merasa diabaikan atau dianggap hanya sebagai objek. Dan, pada akhirnya akan bertindak pasif terhadap semua kegiatan-kegiatan gereja.

Prinsip dasar pembangunan jemaat ada 3, yaitu semakin:

  • Akrab satu sama lain melalui persekutuan
  • Bertumbuh dewasa melalui ibadah
  • Berbuah banyak melalui pelayanan

Seperti kata pepatah yang mengatakan ‘tak kenal maka tak sayang’ demikian pula berlaku dengan kesatuan jemaat. Bila tidak terjalin keakraban diantara sesama jemaat, maka mustahil setiap persekutuan yang dilaksanakan bisa berjalan dengan hikmat, dan berkenan di hadirat Tuhan. Jadi, langkah awal untuk membangun kerohanian adalah jemaat adalah membangun keakraban.

Keakraban jemaat ibarat sebuah pohon bambu. Jika hanya terdiri dari satu batang, maka pohon tersebut pasti rentan tumbang karena diterpa angin. Atau, mengalami longsor karena akarnya hanya sedikit sehingga tidak kuat menahan pergeseran tanah. Akan tetapi jikalau pohon bambu terdiri dari puluhan batang dan tumbuh dalam satu tempat, maka dipastikan tetap berdiri kokoh walau diterpa angin kencang dan hujan deras.

Pengertian dan cara menumbuhkan kerohanian jemaat

Pertumbuhan rohani jemaat Kristus adalah proses perkembangan penguasaan Roh Kudus dalam diri orang percaya, yang ditunjukkan melalui karakter (sikap) dan iman (perilaku) sehari-hari. Pertumbuhan rohani tidak terjadi secara instan, melainkan melalui usaha hidup sesuai dengan Firman Allah. 

Pertumbuhan rohani berkenaan dengan kualitas kehidupan orang percaya yang menunjuk hidup menjadi seperti Kristus, berdiri teguh atas Firman Allah, menggunakan talenta dalam pelayanan dan penginjilan serta bersaksi secara teratur kepada orang lain. Oleh sebab itu pertumbuhan rohani tergolong bagian terpenting untuk membangun kualitas Jemaat yang berbuah.

Untuk mencapai tujuan tersebut tentu Kristus adalah model atau prototipe. Allah menganugerahkan dua komponen utama yang dapat membantu pertumbuhan rohani seseorang, yaitu:

  • Anugerah/kasih karunia dan 
  • Firman Tuhan (Alkitab)

Cara mendewasakan kerohanian jemaat hingga berbuah

Setidaknya ada 9 cara untuk membangun kerohanian seseorang agar bisa bertumbuh semakin dewasa, dan pada akhirnya berbuah yang baik untuk kemuliaan Tuhan dan gereja. Praktik ini sebaiknya dimulai dari diri sendiri, keluarga hingga kelompok persekutuan yang lebih besar.

1. Berdoa

Ada 2 syarat doa yang berkenan dihadapan Tuhan yaitu sungguh-sungguh dan disiplin. Sungguh-sungguh berarti serius dan berasal dari hati yang paling dalam. Sementara disiplin maksudnya adalah rutin. Alias sesuai dengan waktu/jadwal yang telah ditentukan (biasa dilakukan).

Dalam hal ini penulis tidak membatasi apakah berdoa cukup dilakukan sendirian atau bersama-sama. Karena pada hakikatnya dengan metode apa pun dilakukan, berdoa tetap menjadi satu-satunya cara berkomunikasi secara intim dengan Tuhan. 

Jadi, jikalau belum bisa melaksanakan secara bersama-sama, sebaiknya doa rutin dilakukan seorang diri dulu. Dengan demikian pertumbuhan rohani akan mulai tumbuh dengan sendirinya dalam diri Saudara.

2. Membaca Firman Tuhan

Sama halnya dengan berdoa, membaca Alkitab juga dapat dilakukan secara bersama-sama. Yakni dengan metode berganti-gantian. Misalnya si-A membaca ayat ganjil, lalu s-B baca ayat genap. Demikian selanjutnya sampai pembacaan nats tuntas dilakukan.

Akan tetapi poin penting yang perlu diperhatikan ketika membaca Alkitab adalah sejauh mana kita mengerti makna yang tersirat dalam konteks. Jadi bukan hanya menyelesaikan bacaan sebagaimana kita membaca sebuah buku biasa. 

Melainkan harus merenungkan apa signifikansi ayat-ayat bacaan tersebut di kehidupan masa lampau kepada siapa nats tersebut awalnya ditujukan, serta kepada kita yang hidup masa kini. Pula mencari apa makna, pesan, dan cara untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Beribadah dengan tekun

Beribadah kepada Tuhan tidak hanya di gereja. Tetapi bisa dilakuakan di segala tempat dan waktu. Oleh sebab itu jangan habiskan waktu Saudara untuk menuggu jadwal gereja ketika hendak beribadah. Tetapi cari dan ikuti siapan pun, dan dimana pun peribahan itu dilakukan. 

Penting diketahui pula, kedewasaan rohani Kristen akan lebih mudah terbangun dengan sendirinya bilamana setiap ibadah dilakukan dengan tekun. Tidak memandang bagaimana metode peribadatan, serta tidak menilai bagaimana bentuk properti-properti yang dipakai untuk melaksanakan ibadah.

Jadi, tekun disini berarti fokus pada tujuan kita datang pada sebuah acara ibadah. Yakni memuji Tuhan dengan menyanyikan lagu-lagu rohani, berdoa seturut dengan tata ibadah (liturgi) yang ditentukan, serta mendengarkan Firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba-Nya.

4. Hidup dalam kasih

Ciri khas orang Kristen yang hidup dalam kasih Tuhan adalah peduli dan suka menolong orang lain. Peduli artinya memperhatikan lingkungan sekitar dan sesama dengan motivasi agar bisa melaksanakan kebaikan. Implikasi dari kebaikan itulah yang kita sebut dengan menolong.

Jadi, barometer iman yang bertumbuh dapat diukur dari aksi kasih. Yakni seberapa besar perhatian seseorang terhadap orang lain dan lingkungan, lalu ditindaklanjuti dengan pertolongan apa yang diberikan terhadap orang tersebut. Apakah maksimal atau ala kadarnya, apakah dengan tulus atau terpaksa, apakah segera atau menunggu waktu lama?.

5. Memberitakan Injil

Atau sering disebut dengan Evangelium adalah tugas setiap orang percaya. Hal ini tersirat dalam kitab Kisah Para Rasul 1:8. Dengan demikian sebenarnya tidak ada alasan apapun bagi pengikut Kristus untuk tidak melakukan evangelium. Sebab yang memerintahkan hal itu adalah Yesus Kristus.

Mungkin dalam benak kita bertanya. Dengan cara apa dan oleh kekuatan apa kita melakukan evangelium?. Jawabnya juga terdapat dalam ayat tersebut. Yakni oleh kuasa Roh Kudus yang kita terima. Sejak kapan itu?. Sejak mendapat babtisan kudus. 

Bukti bahwa iman seseorang telah tumbuh dan berbuah adalah ketika orang tersebut mau melakukan pemberitaan Injil sendirian kepada setiap orang, dan disetiap tempat. Pada saat itu pula dapat diartikan bahwa orang tersebut berupaya menghasilkan buah dari pertumbuhan imannya.

6. Melakukan tuntunan (Guiding)

Seseorang yang baru mengenal Kristus membutuhkan tuntunan. Dan tuntunan tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh orang lain yang telah mencapai kedewasaan rohani. Dengan demikian orang dituntun tersebut dapat mengalami pertumbuhan rohani sedikit demi sedikit.

Merujuk pada perintah Yesus pertama yang mengatakan; “Mari ikutlah Aku, kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Maka tuntunan yang dimaksud disini adalah mendatangi, menangkap, mengarahkan atau membawa orang-orang yang belum percaya, agar menjadi percaya kepada Kristus Yesus.

7. Membentuk komunitas rohani kecil (sel)

Tindakan selanjutnya sebagai wujud nyata dari pertumbuhan iman menuju dewasa adalah dengan melaksanakan lebih banyak persekutuan. Persekutuan yang banyak dapat terealisasi tentu bila didukung oleh komunitas yang banyak pula. 

Jadi, antara persekutuan sebagai sarana untuk mengakrabkan jemaat dengan komunitas saling berkaitan satu sama lain. Sebab keakraban bisa terjadi hanya dalam satu komunitas persekutuan.

Dengan pertimbangan itu pula, sebaiknya memulai persekutuan dalam komunitas kecil. Atau sering disebut dengan kelompok sel. Supaya keakraban cepat terjalin, dan pertumbuhan iman cepat terjadi. 

8. Melakukan pemuridan

Perintah Yesus yang terakhir adalah “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu”. Awalnya memang disampaikan kepada 12 Rasul, akan tetapi saat ini perintah tersebut berlaku otomatis sesuai dengan pertanggungjawaban iman, yaitu kepada orang-orang yang telah mengalami kedewasaan rohani. Misalnya penatua gereja, dan pendeta.

Ditinjau dari jenis kegiatan, pemuridan mirip dengan guiding. Namun sedikit lebih spesifik. Artinya menindak-lanjuti orang yang angkat menjadi murid untuk lebih intens. Misalnya terlibat dalam persekutuan, penginjilan, atau menjadi leader dalam sebuah kelompok sel.

Metode pemuridan sebenarnya bukan hal yang baru. Para Rasul juga saat itu melakukan hal yang sama. Bukan hanya terhadap satu tingkat generasi, melainkan lebih. Misalnya Yohannes, muridnya adalah Iqnatius. Murid Iqnatius adalah Polkarpus, dan murid Polkarpus adalah Papias.

Jadi saat ini pula tidak mustahil metode pemuridan dilakukan dengan cara sama. Yakni minimal 2, atau 3 tingkat generasi. Dengan demikian nyatalah bahwa semua bangsa akan umat yang percaya, memperoleh keselamatan, dan hidup yang kekal melalui kasih karunia dari Allah.

9. Konseling

Konseling terbagi 2, yakni internal dan eksternal. Konseling internal sifatnya adalah untuk memperkaya spiritual, melalui pelayanan kehadiran (ministry of presence). Serta untuk menguatkan jemaat ketika tengah mengalami pergumulan, penderitaan dan krisis.

Sedangkan konseling eksternal adalah upaya pendalaman iman, atau Penelaan Alkitab (PA) tehadap seseorang atau kelompok orang yang belum mendapat babtis. Alias belum sepenuhnya percaya kepada Yesus Kristus. Oleh orang yang telah mengalami kedewasaan rohani.


Sumber: Seminar GKPS Marguru II, oleh Pdt.Jusuf Hutapea, HKI.

Posting Komentar untuk " Cara Membangun Kerohanian Jemaat Kristen Agar Dewasa Dan Berbuah [Part 1 of 2]"