Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berdoalah Untuk Kesejahteraan Bersama Bukan Untuk Pribadi [Yeremia 29:7-14]

Situasi sulit yang sedang kita hadapi tentu menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan itu muncul akibat ketidakterimaan bahkan ketidaktahuan akan makna dari situasi tersebut. Hal itu bisa muncul dari masa sulit yang ‘sedang’ dihadapi ataupun yang ‘pernah’ dihadapi. 

Hal itu juga yang bisa kita lihat dari situasi pembuangan yang dialami oleh bangsa Israel di Babel. Ketegangan antara sulitnya menerima situasi pembuangan; terlebih buramnya pengharapan akan pembebasan. 

Oleh sebab itu, kitab yang dituliskan oleh nabi Yeremia dalam teks Evangelium ini kemudian menenangkan dan memberi perspektif yang melampaui situasi sulit di tanah pengasingan. Yeremia 29:7-14 ini berisi tentang ‘perintah’ untuk mereka lakukan di tengah masa sulit dan juga ‘janji’ pemulihan dari Allah sebagai harapan di masa depan.

[Dasar] Perintah untuk Keterlibatan dan Doa (ay. 7)

Secara sekilas, ayat 7 ini tentu mengandung makna paradoks-yaitu pernyataan yang bertentangan dengan akal sehat, logika, atau pendapat secara umum-sebab dalam kondisi terjajah dan jauh dari tanah air, Tuhan melalui Yeremia justru memerintahkan mereka untuk aktif berkontribusi bagi kesejahteraan kota yang menawan mereka. 

Akan tetapi, perintah ini bukan sekadar anjuran untuk bertahan hidup, melainkan panggilan untuk menjadi agen positif di tengah lingkungan yang asing dan bahkan memusuhi mereka. Narasi “Usahakanlah kesejahteraan kota...” menyoroti tanggung jawab aktif. Kata ‘usahakanlah’ berarti mengupayakan, mencari, dan berusaha dengan sungguh-sungguh. 

Kemudian kata ‘kesejahteraan’ berasal dari kata שׁלום (shalom); perintah ini melampaui sekadar damai, tetapi mencakup kemakmuran, keharmonisan, keadilan, dan segala aspek kebaikan. Tuhan tidak meminta mereka untuk pasrah pada nasib, tetapi untuk secara proaktif mencari dan mengusahakan shalom bagi Babel. 

Sikap ini menantang ‘sikap alami’ manusia yang cenderung menarik diri, memberontak, atau hanya fokus pada penderitaan itu sendiri. Mereka juga diperintahkan untuk berdoa bagi kota itu; doa tersebut sebagai ungkapan iman dan harapan kepada Tuhan yang berdaulat atas segala bangsa. 

Mendoakan Babel mungkin terasa aneh bagi para buangan, namun tindakan ini mengakui bahwa Tuhan memiliki kendali atas bangsa yang menawan mereka.

Peringatan terhadap Nabi Palsu dan Kepastian Waktu Pemulihan (ay. 8-10)

Bagian ini menjadi peringatan yang tegas terhadap bahaya informasi yang salah dan janji palsu. Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian dan kerinduan akan kebebasan, para buangan rentan terhadap suara-suara yang menawarkan harapan instan dan pemulihan yang segera. 

Yeremia, sebagai nabi sejati, dengan jelas memperingatkan mereka untuk tidak tertipu oleh nabi-nabi palsu. Dalam situasi yang sulit itu, tentu nabi-nabi palsu dan tukang tenung (praktisi okultisme) hadir di antara mereka untuk memanfaatkan kerinduan dan keputusasaan umat, serta mendapatkan pengaruh dan kekuasaan. 

Mereka meramalkan pemulihan yang cepat untuk menyenangkan hati orang banyak bahkan untuk kepentingan pribadi mereka. Peringatan ini menjadi penting untuk disampaikan, sebab para nabi palsu ini berani mengatasnamakan Tuhan untuk menyampaikan pesan yang tidak berasal dari-Nya. 

Akan tetapi, secara tegas Allah menyatakan “...mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka...” Tidak hanya berhenti di situ saja, tetapi Tuhan menyatakan janji kepastian-Nya untuk kebebasan bangsa Israel. Mereka akan berada di tanah pembuangan itu selama 70 tahun. 

Hal ini menjadi menarik sebab menegaskan bahwa pembuangan bukanlah tanpa akhir, tetapi ada batas waktu yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, Tuhan memiliki rencana dan waktu-Nya yang pasti untuk memulihkan umat-Nya. 

Melalui janji ini, mereka diharapkan untuk tidak terpaku pada penderitaan ‘saat ini,’ tetapi harus mengingat janji setia Tuhan untuk ‘masa depan.’

Rancangan Damai Sejahtera dalam Janji Pemulihan (ay. 11-14)

Melalui bagian ini, kita bisa memahami bahwa Tuhan memiliki rencana yang spesifik dan penuh kasih bagi umat-Nya, bahkan di tengah hukuman dan pembuangan. Gambaran situasi yang ditunjukkan bersifat kontras: “...rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan...” memberi penegasan bahwa meskipun mereka sedang mengalami kesulitan, tujuan akhir Tuhan bukanlah kehancuran, melainkan kebaikan dan pemulihan. 

Selain itu, Tuhan juga mengungkapkan harapan untuk mereka lakukan sebagai respons iman. Tuhan mengundang umat-Nya untuk datang kepada-Nya dalam doa. Janji "...Aku akan mendengarkan kamu" memberikan kepastian bahwa doa mereka tidak akan sia-sia.

Korelasi dan aplikasi doa yang benar

Bahan Evangelium ini memberi pengajaran kepada kita tentang karakter Tuhan yang penuh kasih dan rencana-Nya yang baik. Meskipun umat-Nya atau bahkan kita mungkin menghadapi konsekuensi dari dosa-dosa kita, atau sedang berada dalam masa-masa yang sulit, tetapi Tuhan penuh belas kasihan dan rencana untuk memulihkan. 

Lebih dari itu, teks ini memberi penekanan tentang pentingnya doa dan pencarian Tuhan dengan sungguh-sungguh. Tuhan merindukan relasi yang intim dengan setiap orang percaya dan berjanji untuk merespons doa-doa serta menyatakan diri-Nya kepada yang mencari-Nya dengan segenap hati. 

Janji pemulihan akhir juga memberikan kita harapan yang teguh dalam kasih dan kesetiaan Tuhan. Melalui tema kita Berdoa untuk Kesejahteraan Bersama, memberi penekanan tentang sikap orang percaya untuk tetap berseru dan berserah pada Tuhan, sekalipun kita menghadapi situasi yang sulit bahkan berada dalam keterasingan. Sikap tersebut adalah respons iman dan berserah bagi Tuhan, Sang Pemilik dan Pengatur kehidupan kita. 

Dalam terang Minggu Rogate, minggu yang menekankan pentingnya kehidupan doa. Maka nas kita ini mengajarkan bahwa doa adalah tindakan iman yang tetap harus dijalankan, bahkan dalam situasi sulit seperti masa pembuangan. 

Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk berdoa bagi kesejahteraan kota tempat mereka tinggal, sekalipun itu bukan tanah air mereka. Ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya sarana untuk meminta pertolongan pribadi, tetapi juga panggilan untuk peduli dan membawa damai bagi sesama. 

Minggu ini kita diingatkan bahwa doa bukan sekadar rutinitas rohani, melainkan jalan menuju pengharapan, karena Tuhan berjanji untuk mendengarkan, memulihkan, dan menyatakan rancangan damai-Nya bagi umat yang berseru kepada-Nya dengan sungguh hati. Amin. 

Posting Komentar untuk "Berdoalah Untuk Kesejahteraan Bersama Bukan Untuk Pribadi [Yeremia 29:7-14]"