Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pentingnya Mengikut Yesus Dengan Setia dan Penuh Kasih [Yohannes 21:15-19]

Kita sering mendengar istilah yang mengatakan “satu kali kamu menyakiti aku, masih kumaafkan, dua kali kamu menyakiti aku, masih juga kumaafkan, tapi sampai tiga kali kamu menyakiti aku tidak akan kumaafkan lagi.” 

Kalimat ini adalah cerminan betapa terbatasnya kesabaran dan kasih manusia. Sehingga mudah untuk menyimpan luka, kecewa bahkan dendam manakala dikhianati atau disakiti berulang kali. Terlebih lagi jika yang menyakiti adalah orang terdekat, orang yang kita percayai. 

Namun renungan kali ini mengarahkan kita untuk melihat bagaimana sebenarnya sikap yang benar walau telah dikhinati. Melihat kasih Yesus yang jauh melampaui cara pandang manusia terhadap kesalahan orang lain. Dan sebaliknya justru memberikan kesadaran kepada kita agar tetap mengasihi.

Yesus bertemu dan menguji murid-murid

Dalam bacaan Injil Yohannes 21:15-19 memperlihatkan sebuah pertemuan antara Yesus dengan murid-muridNya di danau Tiberias. Secara khusus pertemuan yang sangat pribadi dan penuh kasih adalah dengan Petrus. 

Pada konteks ini semua murid-murid sedang berada dalam masa transisi, pasca kebangkitan Kristus dari kematian. Mereka seperti kehilangan arah hidup setelah peristiwa salib dan berita kebangkitan Yesus Kristus. 

Kala itu Petrus murid-murid yang lain kembali pada profesi yang semula.  Yakni sebagai nelayan. Dengan kata lain kembali pada kehidupan sebelum dipanggil oleh Yesus sebagai penjala manusia. 

Tapi Jesus segera memperlihatkan diri kepada mereka, dan mengambil inisiatif untuk memulihkan hubungan yang sempat terguncang, khususnya dengan Petrus. Petrus adalah murid yang sangat menonjol dalam Injil. Artinya dia bukan hanya murid biasa tapi adalah salah satu murid terdekat Yesus. Namun dia juga adalah orang yang menyakiti Yesus sebanyak tiga kali melalui penyangkalan yang terang-terangan di saat Yesus paling menderita. 

1. Bukti kasih sayang Yesus kepada Petrus

Jika kita mengikuti logika berpikir manusia, tentu Yesus tidak memberi kesempatan lagi kepada Petrus untuk diamafkan. Tetapi yang menjadi sangat luar biasa adalah justru Yesus yang datang secara pribadi, bukan untuk menghukum dan mempermalukan, tetapi untuk memulihkan. 

Ia tidak menyalahkan atau mengungkit masa lalu Petrus dengan cara yang menghakimi. Sebaliknya, Ia membuka ruang komunikasi untuk memulihkan hubungan. Yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang sama sebanyak 3 kali kepada Petrus. Hal itu dilakukan agar Petrus juga menyatakan sikap yang sebenarnya, pasca tiga kali ia pernah menyangkal Yesus.  

Pertanyaan Yesus ini sangat dalam dan penuh makna. Karena setiap kali Petrus menjawab kemudian Yesus juga meberi balasan yang sama sebanyak 3 kali. Mari kita lihat dalam bahasa asli, ini menunjukkan adanya tingkatan kasih yang berbeda dari pertanyaan Yesus, dan jawaban Petrus.

2. Ragam pertanyaan ujian dari Yesus

Pernyaan pertama, ayat 15 Yesus:  “Agape  kah engkau terhadap Aku dibanding orang-orang ini?”. Maksudnya adalah apakah engkau memiliki kasih tanpa syarat yang berasal dari Allah Bapa, sehingga keberadaanKu dihatimu lebih dari pada orang banyak ini?.

Jawab Petrus: “Benar Tuhan, Engaku tahu, bahwa aku mengasihi Engkau”. Adalah jawaban yang belum sepenuhnya seperti yang diharapkan oleh Yesus. Sebab Petrus menganggap Yesus hanya sebagai sahabat, atau sebatas pandangan mata jasmani.

Pertanyaan kedua, ayat 16. Jesus mengulang: “Agape kah engkau terhadap Aku?”. Lalu, Petrus membalas dengan jawaban yang sama dengan ayat 15. Dalam hal ini pula Yesus belum mendapat jawaban yang pas dengan apa yang diharapkan dari Petrus. Sehingga diulang lagi pada pertanyaan yang terakhir. 

Pertanyaan ketiga, ayat 17. Jesus: “Philia uhurmu Ban kah engkau terhadap Aku?”. Dengan nada sedih Petrus menjawab “Engkau tahu segala sesuatu, bahwa aku pilia terhadap Engkau”. 

Perhatikan kata asli agape dan philia yang digunakan Yesus. Dua pertanyaan diawali dengan kata agape dan  terakhir dengan kata philia. Saudara tahu kan makna kasih agape dan kasih philia?.

3. Yesus menerima dan mengasihi murid-murid apa adanya

Pada pertanyaan ketiga Yesus menggunakan istilah yang sama dengan Petrus. Hal ini menunjukkan bahwa Allah tetap menerima Petrus (dan murid-murid) apa adanya. Dia memahami kalau manusia memiliki keterbatasan dalam menanggapi panggilan-Nya. 

Hal itu terlihat dari setiap jawaban Petrus. Dimana dengan rendah hati ia memberi tiga kali jawaban yang sama. Ini mengajar kita untuk tidak berpura-pura mengasihi Kristus lebih daripada apa yang mampu kita lakukan. Alias dengan terpaksa. Akan tetapi kita seharusnya tahu bahwa kita sendiri mengetahui banyak kelemahan kita, dibanding dengan kelemahan sesama. 

Setiap kali Petrus membeli balas, Yesus juga memberi perintah yang sama dan diulang sebanyak 3 kali. Yakni “Gembalakan lab domba-dombaKu”. Ini menunjukkan bahwa kasih kepada Kristus bukanlah sekedar perasaan atau pernyataan lisan, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui sebuah pelayanan. Dalam hal ini adalah mengembalakan jemaat Tuhan.

Selain pemulihan, Yesus juga menyampaikan nubuat tentang masa depan Petrus. Dalam ayat 18-19, Yesus memberi gambaran tentang penderitaan yang akan dialami Petrus di masa tua, yang merujuk pada kematian sebagai martir. Nubuat bahwa Petrus akan mati demi Kristus. Catatan sejarah dan tradisi gereja mencatat bahwa Petrus disalibkan di Roma dengan posisi terbalik dengan kehidupan dan kematian yang penuh pengorbanan demi Injil.

Implementasi kasih Kristen masa kini

Yesus benar Sang Sahabat Sejati yang setia, tak pernah meninggalkan sahabat-Nya, bahkan yang telah berubah setia daripada-Nya sekalipun. Lalu bagaimana dengan saudara saat ini?. Apakah bisa berbuat yang sama atau justru sebaliknya. yaitu meninggalkan mereka yang menyakiti Suadara?

Sesungguhnya tiga pertanyaan diatas berlaku sampai sekarang, dan harus menjadi introspeksi iman bagi orang-orang Kristen saat ini. Sebab pertanyaan yang diajukan kepasa Petrus tentang mengasihi, bukan hanya berlaku untuk Petrus dan murid-murid Yesus saat itu. Tetapi juga untuk kita masa kini. 

Di tengah kehidupan kita yang sibuk, penuh ambisi, tekanan dan tawaran kenyamanan, kadang kasih kepada Yesus mudah terkikis oleh rutinitas atau kepentingan pribadi kita. Bukanlah cara hidup pengikut Kristus yang setia, tapi pengikut Kristus yang belum jelas arah dan tujuannya. 

Maka dari itu kasih setia kepada Jesus menuntut pengabdian yang nyata. Yaitu dengan memberi waktu prioritas, taat pada firman-Nya selamanya, melayani sesama setiap saat, dan tetap teguh dalam kasih meski harus berkorban. 

Jika kita mengasihi Yesus maka jawaban kita bukan hanya di ucapan, tapi di cara hidup kita sehari-hari. Kesetiaan dan kasih kita kepada Yesus bukan hanya saat kehidupan kita mudah, tapi juga saat kehidupan sulit. Sebab kasih sejati tidak berhenti pada kata, tapi berjalan dalam kesetiaan dan aksi nyata.

Posting Komentar untuk "Pentingnya Mengikut Yesus Dengan Setia dan Penuh Kasih [Yohannes 21:15-19]"