5+ Faktor Internal Penghalang Pertumbuhan Iman Kristen Ternyata Ini [Part 2 of 2]
Mengutip pernyataan DeVern Fromke: “Sekarang kita sedang menuai pertobatan yang berpusatkan pada manusia, karena kita lebih mempedulikan manusia daripada Allah…Kita lebih tertarik kepada Allah melayani manusia daripada kepada manusia melayani Allah”.
Kemudian Martin Luther: “Hakekat dosa adalah manusia mencari kepentingannya sendiri di dalam segala sesuatu, bahkan di dalam Allah”.
Poin penting yang dapat kita petik dari pernyataan-pernyataan kedua tokoh tersebut adalah kekristenan telah diarahkan menjadi alat untuk memuaskan hasrat manusia. Atau dengan bahasa yang sederhana, dosa telah berkuasa di gereja-geraja.
Kalau demikian bagaimana kerohanian jemaat bisa tumbuh dengan baik, dewasa dan menghasilkan buah?. Bukankah kedua tokoh tersebut menyatakan sikap pada abad 15, Lalu bagaimana dengan sekarang?. Bukankah permsalahan yang dihadapi oleh jemaat makin kompleks, dan mengakibatkan pertumbuhan rohani jemaat makin lamban?.
Merujuk pada pemaparan Pdt.Jusuf Hutapea, HKI. Ada 5 faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan iman Kristen jadi lambat, yaitu:
1. Pola pikir rendah (low mindset)Gereja masa kini identik dengan pembangunan Menara Babel. Motivasi mereka waktu itu adalah tertulis dalam kitab Kejadian 11:4; “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit dan marilah kita cari nama , supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi”.
Kata “kita” dalam ayat tersebut diulang sampai 4x. Artinya tujuan yang hendak dicapai adalah hanya untuk kepentingan mereka sendiri (eksklusif), bukan orang banyak atau untuk kemuliaan Allah. Dalam hal ini jelas terlihat sifat angkuh dan ego telah menyatu, yaitu oleh orang-orang yang merencanakan pembangunan menara tersebut.
Hal itu juga tidak jarang ditemui dalam satu gereja. Oleh beberapa tokoh yang dianggap berpengaruh mengambil kebijakan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok. Bukan untuk pertmbuhan rohani jemaat, pemberitaan Injil dan kemuliaan Tuhan.
2. Perencanaan program tidak matang (Low planning)
Sejalan dengan poin 1 bilapun penginjilan dilakukan, ternyata dengan cara yang salah. Uniknya lagi diganti dengan kegiatan-kegiatan internal gereja. Seperti penyembahan, liturgis, pelayanan pastoral, pelayanan sosial dan berharap ada anggota baru yang datang ke gereja.
Penginjilan adalah satu program utama gereja. Dan, Pengjinjilan yang benar menurut Firman Tuhan adalah pergi, jala, ajar dan tuntun. Jadi bukan menunggu di tempat, bukan pasif, bukan diam dan bukan menonton. Atau bukan hanya disampikan melalui khotbah dihadapan jemaat.
3. Penggunaan waktu tidak tepat (low time)
Berkaitan dengan poin 2, akibat dari program yang tidak matang direncanakan. Tak jarang penggunaan waktu untuk pelayanan tidak tepat. Alias tidak diketahui mana yang prioritas, dan mana yang tidak. Akibatnya tidak satu pun program tercapai dengan sempurna. Akhirnya jelas iman jemaat tidak bertumbuh dengan baik, bahkan tidak berbuah apa-apa.
Bicara tentang waktu tentu tidak terlepas dari tujuan. Dalam istilah Kristen era para Rasul hal ini disebut Quo Vadis. Yaitu menanyakan kemana engkau pergi?. Pertanyaan ini berlaku sepanjang zaman, termasuk kepada semua orang Kristen saat ini. Dan Tuhan membutuhkan jawaban yang pasti,
Kemudian bila ditujukan kepada hamba-hamba Tuhan melalui sebuah organisasi gereja. Pertanyaannya adalah kemana jemaat itu pergi?. Pergi dalam hal ini bermakna ganda. Pertama, dibiarkan pergi entah kemana. Kedua, dibawa pergi tetapi tidak ke jalan yang benar. Dua-duanya jelas berakibat yang sama. Yaitu membuat jemaat tidak dewasa dan berbuah.
4. Respon lambat (low respon)
Gereja secara fisik atau organisasi dapat terbentuk karena terdiri dari beberapa anggota, yang disebut dengan jemaat menurut jumlah jiwa maupun keluarga. Jadi pada awalnya jemaatlah yang menentukan seberapa besar sebuah gereja jika dihitung berdasarkan statistik.
Lalu dalam perkembangannya, situasi menjadi terbalik. Gereja tidak lagi mencari jemaat. Padahal Yesus memerintahkan “Jadikanlah semua bangsa muridKu!”. Melainkan jemaatlah yang mencari gereja yang dianggap cocok dengan kebutuhannya. Akibatnya terjadilah jemaat-jemaat nomaden.
Respon yang lambat dari gereja adalah penyebab utama jemaat berpindah dari gereja yang satu ke gereja yang lain. Bahkan tidak mustahil meninggalkan iman kepercayaannya pada Yesus. Lalu pindah agama. Dalam hal ini berarti gereja tidak hanya gagal menumbuhkan iman jemaat, tetapi telah melakukan pembiaran pada domba yang hilang.
Jemaat pada umumnya hanya ingin di dengar dan diperhatikan. Di dengar ketika ia tengah mengalami perguluman berat, dan di perhatikan ketika ia ingin mendapat dukungan doa dan motivasi. Cukup sederhana bukan?. Tetapi mengapa tidak bisa terlaksana?. Bukankah dengan kecanggihan teknologi internet sekarang 2 hal tersebut dapat direalisasikan?.
5. Interaksi rendah (low interaction)
Respon yang baik akan menciptakan sebuah interaksi. Namun sebaliknya, jika respon tidak ada atau lambat, maka otomatis interaksi juga pasti rendah. Lalu pertanyaan muncul, bagaimana bentuk pertumbuhan iman jemaat jika tidak ada respon dan interaksi?. Jawabnya pasti stagnan, atau jalan di tempat.
Bukan hanya lingkup interaksi internal, interaksi lingkup eksteranal gereja juga perlu dilakukan dengan benar. Yaitu dalam hal melakukan pekabaran Injil, untuk membawa orang-orang yang belum mengenal Yesus ke gereja untuk di babtis, dan dibimbing agar iman kepada Kristus semakin dewasa.
Singkatnya, respon dan interaksi saling terkait satu sama lain. Sama-sama berlaku untuk ruang lingkup pelayanan internal, dan berlaku juga untuk ruang lingkup pelayanan eksternal. Nah yang sering menjadi kendala adalah tingkat pelayanan yang rendah oleh petugas-petugas gereja. Dengan alasan sudah memiliki jemaat yang banyak, sehingga tidak perlu lagi melakukan Penginjilan. Atau personil petugas gereja sangat terbatas, sehingga tidak mampu melayani jemaat dengan cepat. Sungguh sebuah ironi.
Faktor eksternal pertumbuhan jemaat
Harus diakui pula selain faktor internal, juga terdapat beberapa faktor eksteral yang menjadi penghalang pertumbuhan iman Kristen. Yaitu berkaitan dengan regulasi baik yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, maupun daerah. Misalnya dalam hal pendirian gedung gereja, maupun tata laksana ibadah.
Akan tetapi menurut Penulis, faktor eksternal ini tidak sepenuhnya mengekang ruang gerak pelayanan gereja. Sebab hanya berlaku pada daerah tertentu saja, serta masih terbuka alternatif lain untuk melakukan meningkatkan pelayanan gereja terhadap jemaat. Misalnya dengan melakukan ibadah online.
Bertumbuh dan berbuah adalah layaknya satu keping koin. Sehingga iman seorang Kristen akan selalu terlihat dari karakter dan tindakan. Sehingga tidak bisa ditutup-tutupi, dan tidak bisa dimanipulasi. Sebab pada akhirnya akan kelihatan, bahkan akan kita pertanggungjawabkan kepada sang Kristus. Pemberi damai, sukacita dan keselamatan yang kekal.
Posting Komentar untuk "5+ Faktor Internal Penghalang Pertumbuhan Iman Kristen Ternyata Ini [Part 2 of 2]"