Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Barometer Iman Kristen Ditinjau Dari Perspektif Jumat Agung [Ibrani 5:7]

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus. Saat hendak merenungkan Jumat Agung, pertama sekali kita sebaiknya paham tentang pribadi Tuhan Yesus. Maksudnya adalah "entitas nature (sifat)" yang ada dalam diri Yesus Kristus. Hal ini juga akan membawa kita pada topik yang menjadi renungan hari ini. Yakni tentang tinjauan iman Kristen dari perspektif peringatan Jumat Agung.

A. Sifat dwi nature Yesus Kristus

Dia adalah Anak Allah dwi nature yang tidak terpisahkan. Artinya yang memiliki sifat Illahi yaitu sebagai Anak Allah, sekaligus sifat manusiawi yang diperanakkan dari anak dara Maria.

Sebagai sosok Anak Allah dan manusia sejati, Yesus menjadi teladan dalam menjalani ratap tangis, keluhan, penderitaan, dan segala yang menyakitkan yang pernah dialami manusia. Yang nyata dan dapat kita saksikan dalam peristiwa Jumat Agung. 

Dengan demikian, pengalaman Yesus yang luar biasa seharusnya menginspirasi kita, untuk terus meneladani Tuhan Yesus dalam perjalanan hidup kita setiap hari. 

a.1. Sebagai manusia Yesus berdoa kepada Allah

Dalam ayat renungan hari ini, kita belajar suatu tiruan dari hidup Yesus di dunia. Tentang bagaimana Ia menghadapi penderitaan. Yaitu dengan cara berdoa. 

Dalam menghadapi penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa. Bahkan dengan ratap tangis (Ibrani 5:7). Lalu pertanyaan, ketika Yesus sendiri berdoa, bagaimana dengankita yang sangat lemah?. Jawabnya, tentu semakin lebih sering. Sebab doa adalah nafas kehidupan rohani. 

Ketika kita ada niat untuk berdoa, menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya kita tidak sendiri menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan. 

Pengalaman murid-murid Tuhan Yesus, ketika menemani Yesus berdoa di Getsemani harusnya menjadi pelajaran penting bagi kita. Dimana ketika kita tengah memanjatkan doa, maka sebaiknya bukan lagi ketakutan yang menguasai diri kita. 

Akan tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan keyakinan dari Tuhan. Sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan dalam hari atau di bibir. Namun benar-benar memberi kekuatan dan keyakinan untuk dapat menghadapi penderitaan yang bakal dihadapi.

a.2. Pesan tersembunyi dari kesetiaan Yesus

Walaupun Tuhan Yesus adalah Anak Allah, Ia tetap taat dalam penderitaan (Ibrani 5:8) yang telah dinubuatkan oleh nabi-nabi. Kalau mau jujur, sesungguhnya Yesus adalah Tuhan. Jadi, segala sesuatu dapat diperbuat untuk mencegah penderitaanNya?. Akan tetapi hal itu tidak terjadi.

Dia justru menunjukkan kesetiaannya kepada Allah Bapa dengan cara taat sampai mati di kayu salib. Bagaimana dengan kita, apakah sanggup meniru ketaatan Tuhan Yesus dalam penderitaanNya?.

Pesan utama dari kesetiaan Yesus tersebut, adalah sekalipun begitu pahit penderitaan, dan pergumulan yang kita hadapi, tetaplah kita jalani dengan tidak gentar. Jangan pernah lari dari masalah, dan jangan tinggalkan iman percayamu kepada Tuhan.

a.3. Jawaban Allah atas doa Yesus

Untuk menghadapi penderitaan Tuhan Yesus berdoa agar luput dari maut. Namun apa yang terjadi?. Tetap saja Yesus mati, dengan cara terhina di kayu salib. Akan hal ini muncul pertanyaan lagi. Apakah tidak ada kuasa dari doa Tuhan Yesus?. 

Jika kita melihat dan memahami perbuatan dan kasih Tuhan dalam perspektif duniawi manusia. Bisa jadi iman kita goyah. Bahkan meninggalkan pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat. 

Namun, kita harus ingat bahwa kebesaran perbuatan Tuhan  tidak dapat diukur dan dinilai  dengan pikiran dan logika. Maupun dengan segala tata cara pengetahuan dunia.

Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan, dan tetap taat. Maka, walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan pikirkan. Tetaplah setia, bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik sesuai dengan rencanaNya bagi kita.

B. Rancangan Tuhan selalu yang terbaik

Melanjutkan pertanyaan sebelumnya. Apakah doa Tuhan Yesus tidak dikabulkan untuk luput dari maut?. Secara logika jawabnya “tidak dikabulkan!”. Namun dari setrut dengan rencana besar Allah, yang terjadi jauh lebih dari sekedar dikabulkan atau tidak dikabulkan. 

Sebagaimana kita ketahui yang terjadi pada hari ketiga. Setelah kematianNya, bukan hanya Tuhan yang hidup (bangkit). Tetapi juga memberikan kehidupan bagi setiap orang yang percaya. 

Demikianlah kita seharusnya memahami rencana Allah. Sekalipun yang terjadi tidak seperti yang kita rencanakan, Tetapi Tuhan akan berbuat jauh lebih besar, jangka panjang serta menyeluruh. Bukan hanya kepada kita, tetapi termasuk orang-orang sekitar kita. Misalnya anak, cuku, rekan kerja, relasi bisnis dan seterusnya.

Dengan sikap yang demikian, sesuai dengan kesaksian kitab Ibrani. Disebut bahwa Yesus melakukannya dengan kesalehan-Nya. Tentu kesalehan yang sedemikian menjadi pribadi yang harus kita renungkan, dan laksanakan dalam perayaan Jumat Agung. 

D. Yesus adalah barometer iman Kristen

Ibadah dan perenungan yang kita lakukan saat Jumat Agung, sebaiknya kita pakai untuk memberi ruang pengalaman iman seperti yang dialami Tuhan Yesus. Sembari tak henti-henti berdoa mohon kekuatan untuk menghadapinya.

Betul bahwa ratap tangis, dan keluhan selalu ada dalam kehidupan. Betul bahwa tidak ada yang menghendaki keluhan, penderitaan, dan ratap tangis agar terus terjadi. Tetapi yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah meniru Tuhan Yesus saja.

Pesan Jumat Agung membuat kita semakin merasakan penderitaan seperti Tuhan Yesus, sekaligus membuka diri kita untuk memahami kemenangan Yesus Kristus mengalahkan kematian. Sembari meningkatkan kualitas ketaatan dan kesalehan pada Tuhan. 

E. Lampiran nas renungan

Ibrani 5:7; “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.”

Selamat merayakan Jumat Agung dan mempersiapkan diri dalam kemenangan Paskah. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Posting Komentar untuk "Barometer Iman Kristen Ditinjau Dari Perspektif Jumat Agung [Ibrani 5:7]"