Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akui Kekuasaan Allah Dengan Cara Ini Agar Anda Tidak Sesat [Mazmur 68:25-36]

Dalam tradisi Batak sering mengadakan atau setidaknya menghadiri acara syukuran. Baik itu syukuran memasuki rumah baru, syukuran kelulusan studi, dll. Sebagian besar dari syukuran yang diadakan tentu dimulai dengan ibadah/kebaktian, sebagai tanda syukur akan campur tangan Tuhan dalam mengiring setiap proses yang telah dilalui.  Sekaligus juga menaikkan harapan, agar Tuhan selalu menyertai dan memberkati. 

Tidak lain dengan konteks Mazmur 68:25-36 ini, adalah salah satu bagian dari Mazmur yang menggambarkan masa-masa terindah atas pencapaian yang diraih; atau sebagai nyanyian kemenangan umat atas kebesaran dan kuasa Allah. 

Oleh sebab itu, praktik kebudayaan melalui tradisi acara syukur serta bagian Mazmur 68:25-36 membantu kita untuk merenung-refleksikan serta Mengakui Kekuasaan Allah dalam hidup orang percaya.

Perarakan Kemenangan dan Penyembahan yang Meriah (ay. 25-28) 

Bagian awal dari perikop ini menggambarkan sebuah perarakan kemenangan yang penuh dengan sukacita dan penyembahan. Ini bukan sekadar perayaan biasa, tetapi sebuah ekspresi syukur yang mendalam atas kemenangan yang diberikan oleh Allah. 

Disebutkan juga tentang para penyanyi, pemusik, dan penari yang memimpin perarakan menunjukkan betapa pentingnya peran musik dan tarian dalam tradisi ibadah Israel kuno. Musik dan tarian bukan hanya sebatas hiburan atau pelengkap, tetapi juga sarana untuk mengungkapkan rasa syukur dan memuliakan Allah. 

Selain itu, Pemazmur juga menyebutkan suku Israel yang lain, seperti Benyamin, Yehuda, Zebulon, dan Naftali; penyebutan ini sebagai penekanan atas persatuan seluruh bangsa dalam merayakan kemenangan yang diraih. Dengan kata lain, kemenangan ini bukan hanya dirasakan atau menjadi kemenangan satu suku-kelompok, tetapi kemenangan seluruh umat Israel. 

Kehadiran para perempuan yang memainkan rebana yang disebutkan oleh Pemazmur juga menunjukkan partisipasi seluruh komunitas baik laki-laki maupun perempuan dalam memuji Allah. Ungkapan ini menunjukkan gambaran yang indah tentang sebuah komunitas yang bersatu dalam sukacita dan penyembahan.

Bentuk Pengakuan Kekuasaan Allah oleh Bangsa-bangsa Lain (ay. 29-32) 

Bagian ini menyoroti dampak kemenangan Allah terhadap bangsa-bangsa lain. Raja-raja dan bangsa-bangsa membawa persembahan kepada Allah di Yerusalem, mengakui kekuasaan-Nya. Pengakuan itu bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi juga tindakan nyata yang menunjukkan ketundukan mereka kepada Allah. 

Metafora tentang Allah yang "menghardik binatang-binatang di teberau" dan "menyerakkan bangsa-bangsa yang suka berperang" menggambarkan kuasa Allah atas musuh-musuh-Nya. "Binatang-binatang di teberau" merujuk pada kekuatan musuh yang kuat dan liar, sementara "bangsa-bangsa yang suka berperang" menggambarkan bangsa-bangsa yang agresif. ‘

Akan tetapi semuanya itu tidak mampu menghalau kehendak Allah, serta akan mengakui kuasa-Nya. Pengakuan bangsa-bangsa lain atas kekuasaan Allah menunjukkan bahwa kekuasaan-Nya tidak terbatas pada Israel, tetapi meluas ke seluruh dunia. Secara bersamaan, mengakui bahwa Allah adalah Allah yang berkuasa atas segala bangsa. 

Pujian kepada Allah, Sumber Kekuatan (ay. 33-36) 

Di bagian akhir perikop ini, Pemazmur kembali menyerukan untuk memuji Allah, akan tetapi seruan ini bersifat universal tidak terbatas hanya untuk bangsa Israel. Seluruh kerajaan di bumi dipanggil untuk menyanyikan pujian kepada Allah. 

Ungkapan Pemazmur tentang Allah yang "berkendaraan melintasi langit purbakala" adalah bahasa puitis yang menggambarkan kebesaran dan keagungan-Nya. Allah sebagai Penguasa alam semesta, yang kekuasaan-Nya melampaui segala sesuatu. 

Selain itu, ungkapan "Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umat-Nya. Terpujilah Allah!" adalah sebagai pengakuan iman mereka bahwa Allah adalah sumber kekuatan, penolong, dan pemberi kemenangan bagi umat-Nya ketika menghadapi tantangan dan kesulitan.

Cara yang benar mengakui kekuasaan Allah

Praktik pujian dan penyembahan yang dilakukan oleh umat Israel adalah sebagai teladan bagi kita umat percaya saat ini. Semuanya dilakukan sebagai respons atas kasih dan kuasa Allah yang dirasakan dalam perjalanan hidup mereka. 

Dengan begitu sudah sepatutnya untuk kita juga menyadari berbagai penyertaan dan kuasa Allah yang sudah kita terima hingga saat ini dan menaikkan pujian sebagai respons atas kasih-Nya. Pemahaman ini sejalan dengan pola ibadah/liturgi yang kita lakukan. Baik dalam rumah tangga, maupun secara kolektif di gereja, dan di tempat-tempat umum lainnya.

Saat kita mengimani dan mengakui kehadiran Allah, maka kita merespons melalui nyanyian. Saat kita menerima pengampuan dosa, maka kita merespons dengan nyanyian. Saat kita menerima dan merasakan berkat Tuhan, maka kita merespons melalui persembahan, dll. 

Tidak terbatas saat ibadah, setiap kita juga diajak untuk merasakan dan mengakui kuasa serta kasih penyertaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari; dan meresponsnya melalui perbuatan baik yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Bahan instrospeksi orang percaya saat ini: 

  1. Bagaimana kita sebagai orang percaya dapat menunjukkan penghormatan dan pengakuan atas kekuasaan Allah dalam cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan orang lain di dunia modern ini?
  2. Bagaimana kita dapat merasakan dan melihat kekuasaan Allah bekerja dalam hidup kita, terutama saat kita menghadapi tantangan pribadi atau masalah sosial dalam keluarga, lingkungan, dan gereja di zaman sekarang ini?

Posting Komentar untuk "Akui Kekuasaan Allah Dengan Cara Ini Agar Anda Tidak Sesat [Mazmur 68:25-36]"