Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia Agar Orang Yang Teraniaya Tetap Bahagia [Matius 5:10]

Akhir-akhir ini berita yang cepat viral, dan mewarnai setiap media adalah kisah tentang penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Lalu, kasus penganiayaan tersebut umunya tidak berhenti hanya pada penganiayaan. Tetapi melebar kepada keluarga, pekerjaan, harta milik yang bersangkutan. Dan tidak jarang berimbas pula kepada pegawai atau orang lain yang terkait dengan yang bersangkutan. 

Terlepas dari dampak yang dihasilkan oleh kasus tersebut, pasti pihak yang menyesalkan kejadian penganiayaan tersebut. Salah satu karena ada pelaku dan korban. Dan sudah dapat dipastikan bahwa korban akan mengalami luka/sakit. Sedangkan pelaku akan masuk dalam proses hukum, dan siap sedia menerima sanksi. Maka dari itu wajar kalau penganiayaan harus dihindari.

1. Mencapai bahagia butuh proses 

Hari ini nas renungan untuk kita juga menuliskan tentang topik yang sama, yaitu tentang seseorang yang menjadi korban aniaya. Hanya sedikit berbeda dengan konteks penganiayaan yang sering viral saat ini. Nas hari ini justru mengawali kalimat/ucapan ini dengan kata “berbahagia.” 

Apa arti kata berbahagia?. KBBI merumuskan sebagai suatu keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan); beruntung; berbahagia. Artinya, suatu keadaan yang  dinantikan dan diharapkan oleh setiap orang. 

Tetapi  bila dilanjutkan dengan kata berikutnya, “orang yang dianiaya,” maka pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana mungkin seseorang dapat merasakan kebahagiaan saat ia dianiaya?. Bukankah penganiayaan/dianiaya adalah kondisi yang sedapatnya dihindari?. Lalu mengapa harus berbahagia?. 

Maka kita akan melihat frasa kata selanjutnya, “oleh karena kebenaran,” yang adalah bahwa seseorang berhak untuk berbahagia meskipun dianiaya, karena ternyata kalaupun seseorang itu dianiaya, tetapi saat dia berlandaskan kebenaran, maka dia akan berbahagia. 

2. Kebahagiaan sejati berlandaskan kebenaran

Hidup benar atau hidup berlandaskan kebenaran adalah sebuah prinsip dan pola hidup yang selalu sesuai dengan Firman Tuhan. Tentu prinsip dan pola hidup ini tidak selamanya mudah untuk dilakukan, karena pasti ada orang di luar kita yang terusik dengan prinsip dan pola hidup yang demikian. 

Yesus melihat bahwa dalam kondisi yang seperti itu, tentu para pengikutNya akan berhadapan dengan kondisi yang susah, atau secara ekstrim mereka akan mengalami penganiayaan dari kelompok yang tidak menginginkan firman Allah menjadi landasan hidup. Dan kesetiaan juga kematangan iman seseorang dapat terukur dalam situasi seperti ini. 

Sepanjang seseorang tidak menyerah dan tidak bergeser dari prinsip dan pola hidupnya, maka ia akan memperoleh dan merasakan kondisi berbahagia. Tetapi sebaliknya, bila menyerah akan kondisi yang tidak mudah, maka kondisi berbahagia tidak akan dirasakan olehnya. 

Saat seseorang sudah sampai kepada level kesetiaan dan kematangan iman, maka hal yang selanjutnya adalah dia empunya Kerajaan Allah. Menjadi warga di mana Allah sendiri yang memerintah dan menjadi pemilik baginya. Bersama dengan Allah akan menerima kehidupan kekal yang dipersiapkan-Nya bagi setiap orang yang setia kepada-Nya dan kepada firman-Nya.

3. Cara mencapai hidup bahagia dalam Tuhan

Pembaca setia Gembala Umat, melalui nas ini kita masuk kepada realita kehidupan yang benar-benar memproses, agar kita untuk semakin matang di dalam Tuhan. Unsur kesetiaan, kepatuhan, dan totalitas tanpa batas menjalankan firman-Nya adalah menjadi satu alasan yang kuat bagi kita untuk dapat berbahagia dalam hidup ini. 

Sehingga ketika kita mampu bertahan dalam kondisi yang sulit sekalipun, maka kita akan tetap merasa berbahagia. Dengan demikia akhirnya kita menjadi empunya Kerajaan Allah. Amin.

Posting Komentar untuk " Rahasia Agar Orang Yang Teraniaya Tetap Bahagia [Matius 5:10]"