Asal Usul Disebut Status Anak-anak Allah Ternyata Begini [Galatia 3:26]
Salah satu sikap manusia yang paling sulit untuk diubah adalah "fanatik." Fanatik adalah suatu sikap yang mengidolakan, mengagungkan, atau mempertahankan suatu prinsip yang tertutup terhadap perbedaan dengan pihak lain atau orang lain.
Secara ekstrem, orang yang fanatik tidak pernah mau memandang orang lain atau kebenaran lain. Sebab baginya, dia yang paling benar. Sementara yang lain salah. Pada pandangannya, dia saja yang sempurna. Sedangkan orang lain memiliki banyak kekurangan.
Pada akhirnya orang yang fanatik terhadap sesuatu cenderung menjadi arogan. Sikap yang fanatik seperti inilah yang pernah dilihat oleh rasul Paulus di jemaat Galatia.
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia dapat kita baca, bagaimana rasul Paulus berusaha keras untuk melawan para pengajar palsu. Pengajar-pengajar palsu tersebut menanamkan pentingnya sunat dan hukum Taurat (baca: fanatik).
Menghadapi kondisi tersebut, secara tegas rasul Paulus menegaskan bahwa hidup dari iman kepada Allah lah yang menjadikan seseorang memiliki status sebagai anak-anak Allah, bukan dari hukum Taurat.
a. Kristus membuat kita menjadi anak-anak Allah
Walaupun bertentangan dengan para pengajar palsu. Pada prinsipnya rasul Paulus tetap menunjukkan apresiasinya terhadap Taurat.
Akan tetapi pada sisi lain ia menegaskan bahwa Taurat tidak dapat menyelamatkan manusia dari dosa. Tetapi berfungsi sebagai penuntun bagi umat manusia sampai Kristus Yesus datang sebagai juruselamat.
Kemudian dengan hadirnya Kristus, maka pusat iman kita adalah kepada Kristus yang menggenapi hukum Taurat.
Iman kepada Kristus adalah puncak yang membuat kita menjadi anak-anak Allah. Itu berlaku bagi semua orang yang percaya kepada Kristus, baik mereka yang bersunat jasmani maupun yang tidak.
Pemahaman yang seperti itulah yang perlu selalu ditegakkan. Bertujuan untuk mengubah sikap fanatik orang-orang yang terpengaruh dengan mereka yang menekankan sunat jasmani.
Sekaligus untuk mendobrak sikap superior bangsa Yahudi yang memandang rendah orang non Yahudi saat itu. Seakan-akan identitas ditentukan berdasarkan superior dan fanatik.
b. Hakekat status anak-anak Allah
Sesungguhnya identitas di dalam Kristus tidak tergantung dari seseorang yang lahir dari keluarga Kristen maupun dari mereka yang sudah dibaptis, atau belum di babtis. Pula tidak ditentukan dari seseorang berstatus hamba Tuhan atau bukan.
Akan tetapi, ditentukan oleh karena iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dan hal sangat penting bagi orang yang telah beriman kepada Kristus adalah harus menghasilkan buah dari imannya yang sudah dibenarkan.
Iman yang benar adalah percaya kepada Kristus. Iman yang hidup adalah iman yang berbuah bagi Kristus. Dan, iman yang bertumbuh adalah mengerti bahwa kita sudah tergolong anak-anak Allah.
Melalui ayat renungan ini, rasul Paulus menegaskan bahwa menjadi anak-anak Allah adalah satus yang telah terfalidasi. Artinya sebagai umat Allah, maka semua orang percaya dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan. Oleh sebab itu hidup kita seluruhnya adalah menjadi kepunyaan Tuhan.
Sisi lain, sebagai anak-anak Allah (anggota keluarga Allah), kita sekarang memiliki hubungan yang baru dengan Allah. Dimana mana Ia menjadi Bapa kita, dan kita menjadi anak-anak yang dikasihiNya. Semua hal ini didapatkan oleh orang-orang percaya tanpa kecuali, karena iman mereka kepada Kristus.
c. Pentingnya menjaga status tetap kudus
Orang-orang percaya haruslah menjaga status, dan identitas dirinya sebagai anak-anak Allah agar tetap kudus.
Bagaimanakah kita dapat menjaga dengan baik status maupun diri kita?. Tentu bukan dengan mengembangkan sebuah perilaku lahiriah saja. Sebab hal itu bisa menjadi semacam kemunafikan rohani dalam diri kita.
Yang harus kita lakukan adalah membangun integritas hidup kita sebagai orang yang telah dibenarkan, dan diselamatkan. Kita harus memperbaiki apa yang ada dalam diri kita. Yakni hati dan pikiran. Supaya apa yang keluar dari diri kita adalah apa yang ada dalam diri kita.
Bagaimana hal itu dapat terjadi?. Yaitu ketika kita senantiasa melakukan pembaharuan watak dan akal budi. Pembaharuan watak dan akal budi akan menjadi nyata bagi kita, apabila kita tidak membiarkan dunia dan dosa terus mempengaruhi diri kita.
Kita senantiasa harus berusaha untuk meninggalkan dosa-dosa kita. Dan, terus bertumbuh dalam firman Tuhan. Dengan demikian akan semakin jelaslah identitas kita di dalam Tuhan bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Sebagai anak-anak Allah kita juga harus merawat persekutuan kita dengan sesama anak-anak Allah. Sehingga kita dapat menemukan, dan merasakan indahnya hidup berdampingan dengan sebagai anak-anak Allah.
Ketika kita mewujudkannya, maka kita akan bersukacita dalam Kristus. Salah satu wujud kebebasan di dalam Kristus adalah tidak lagi ada diskriminasi ras, gender, dan status sosial di dalam gereja.
Terakhir. Jaminan bahwa semua hal itu bisa terjadi, adalah dengan meniru teladan Tuhan Yesus selama masa hidupNya di dunia.
d. Lampiran
Nas renungan yang terambil dari Galatia 3:26; "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus."
Amin.
Posting Komentar untuk " Asal Usul Disebut Status Anak-anak Allah Ternyata Begini [Galatia 3:26]"